Senin, 25 Maret 2013

Sebuah Rahasia

Melihatmu tersenyum
Memandang indah matamu
Adalah jalan bagi ku
Untuk menyegarkan hariku
          Mengalir bagai air
          Memberi kesejukan atas
          Dahaga batin ini
          Yang telah gersang oleh nestapa
Ku ingin tetap seperti ini
Memilikimu dalam anganku
Tetap membisu tanpa harus
Ada yang mengerti
          Hingga di setiap larik pelangi
          Terukir nada-nada yang harmoni
          Bersenandung bersama goresan pena
          Berusaha mengikrarkan bahwa inilah rasa yang ku punya
Dan engkau tersenyum
Di antara perdu awan putih
Melantunkan bait-bait indah
Yang terangkum dalam nada



[DuaSatuDesemberDuaRibuLima]


:')

Rabu, 20 Maret 2013

Seperti Malaikat

Senja di ufuk barat yang temaram
Berhiaskan warna jingga dari mentari yang terbenam
Bersama debur ombak yang memecah lautan
Dan pekik burung camar yang bersahutan

        Dan engkau ada di sana
        Ku sematkan di gurat awan yang mempesona
        Memberikan seulas senyum dan tawa
        Menjadi pelengkap keindahan sang surya

Biarlah kau di sana
Agar tak terjamah tangan-tangan nista
Tercemar akan nafsu para manusia
Yang tak menggunakan akal sehatnya

          Maha sempurna diri-Nya
          Menciptakan dirimu yang begitu indah
          Tak dapat ku sandingkan dengan apa-apa
          Selain ucapan yang menepis segala resah

Kini senja tergantikan oleh malam
Bersama kerlip sang bintang
Dan engkau menjadi begitu terang
Seperti malaikat yang menjagaku dalam kelam


[TujuhJuliDuaribuDelapan]

               0:)

Selasa, 19 Maret 2013

Kisah Klise


“This is not a Love Story,…This is a Story about Love” [500 days of Summer]

            Kamu pernah jatuh cinta? Pernah patah hati?? Kisah ini mungkin mewakili kompleksitas dari kedua rasa tersebut,…
           
            Kisah ini bermula dari pertemuan dua anak manusia, Jenny dan Edo. Pertemuan mereka diawali ketika Jenny sedang menyiar pada salah satu stasiun radio anak muda. Edo adalah salah seorang pemenang kuis radio pada beberapa hari sebelumnya. Edo datang ke radio tersebut untuk mengambil hadiah yang dijanjikan, voucher makan di salah satu restoran mewah dan terkenal. Kedatangan Edo disambut oleh receptionist radio tersebut, Edo kemudian diminta naik menuju lantai dua, tepatnya di ruang administrasi. Namun ketika tengah berada di lantai dua, Edo tidak lantas masuk ke ruang administrasi. Matanya terpaku pada sesosok gadis yang tengah asyik bercuap-cuap di depan mikrofon. Gadis tersebut menyadari bahwa ada sosok yang memerhatikannya dari balik kaca studio tersebut. Mata mereka kemudian saling menatap, pelan, dan semakin dalam. Sang gadis ingin mengakhiri perang tatap mata itu, tapi hatinya bersikukuh untuk tidak menyerah dan terus melawan tatapan mata pria yang terus terpaku di depan kaca studio.
           
            Gadis itu adalah Jenny, gadis periang yang menyenangi dunia broadcasting dan desain grafis. Peperangan tatap mata itu berakhir ketika pintu ruang administrasi terbuka. Edo dipanggil masuk oleh salah seorang pegawai administrasi yang akan memberikan hadiah bagi Edo. Gadis tadi lalu memutar satu lagu cinta dan melepas earphone yang dipakainya. Aneh…! Sudah banyak sosok-sosok yang datang dan berlalu lalang di stasiun radio ini, tapi tidak pernah ada satu sosok pun yang membuat jantungnya berdegup kencang seperti hari ini. Tapi Jenny buru-buru menepis rasa itu, ia tiba-tiba mengingat sosok Aris. Jenny mencintai Aris meskipun ia tahu bahwa hubungannya dengan Aris tidak memiliki status sebab Aris sendiri telah memiliki kekasih.

            Jenny keluar dari studio lalu menuju ke dispenser yang terletak di depan ruang administrasi. Tenggorokan Jenny terasa tercekat, segelas air rupanya belum mampu melepas dahaganya. Pintu ruang administrasi tiba-tiba terbuka, sosok lelaki itu pun kini berdiri di depannya. Rambut shaggy sang lelaki dibiarkan berantakan, matanya tidak terlalu besar, hidungnya mancung, bibir bagian atasnya lebih tipis dibandingkan bibir bagian bawahnya. Mata mereka kembali beradu dan sekali lagi tenggorokan Jenny terasa tercekat. Kepalanya serasa mengepulkan asap yang dikeluarkan dari telinganya. Lelaki itu kini tersenyum, ramah sekali kemudian menyodorkan tangannya kepada Jenny.
            “Gue…Edo,.. Edo Prasetyo…”
            “Jenny,…Nama asli sih Malika Wiyeni..”, ucap Jenny sembari menyambut tangan Edo. Sekali lagi Jenny teringat akan Aris dan segera menepikan tangannya dari genggaman tangan Edo. Jenny buru-buru pamit dan kembali ke ruang siaran. Ia mulai berkonsentrasi dan memasang earphone-nya, siaran dimulai lagi dan Edo pun beranjak meninggalkan stasiun radio itu. Ada binar diantara mata Edo, sosok gadis yang dilihatnya tadi benar-benar memikat hatinya. Tak tahu mengapa, padahal gadis itu biasa saja. Jika dibandingkan dengan kekasihnya, Maya , gadis itu memang masih kalah. Ya..., Edo memang masih berstatus sebagai kekasih Maya.
                                               
            Hari ini Jenny ada janji dengan Aris di salah satu kafe. Di kafe itu sedang dilaksanakan pameran seni kecil-kecilan. Jenny tentu saja ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ia menyumbangkan dua buah gambar desain grafis yang terinspirasi akan sosok Aris. Semua dilakukannya untuk Aris dengan harapan bahwa Aris dapat melihat sisi lain dari Jenny dan mungkin saja mau memberi kejelasan akan arah hubungan mereka. Tapi ternyata Aris tak kunjung tiba, Jenny kian putus asa. Ia segera duduk di salah satu meja di dekat stage band. Sudah ada beberapa band yang menyumbangkan lagu pada event tersebut, tibalah penampilan band yang terakhir. Betapa kagetnya Jenny memandang sosok yang berdiri di atas panggung sambil memegang gitar. Siapakah sosok itu? Apakah sosok itu adalah Aris yang berbalik ingin memberikannya surprise?
                                                -------------------------------------------------

            Sosok itu nampak begitu mempesona dalam balutan kemeja hitam-putih. Sosok itu kemudian menatap Jenny lekat-lekat, menguraikan seulas senyum manis kemudian melambaikan tangannya. Vokalis dari grup band tersebut baru akan berbicara namun langsung dipotong oleh sang lelaki bergitar. Lelaki itu kemudian membisikkan sesuatu di telinga sang vokalis. Sang vokalis kemudian mengangguk dan kembali meraih microphone untuk berbicara.

            “Oke..selamat malam semuanya..! Kami dari Couplelogy Band akan membawakan sebuah lagu. Oh..iya lagu ini special dari gitaris band gue buat cewek yang duduk di depan sana. Buat Jenny, lagu ini dari Edo.”, seisi kafe kemudian bersorak menggoda Jenny. Edo kemudian memainkan melodi-melodi indah dari balik gitar Fender Telecaster miliknya. Suara merdu sang vokalis semakin melelehkan suasana. Tapi tidak demikian dengan hati Jenny, hatinya hancur mengingat Aris. Tanpa sadar mengalirlah air matanya yang membasahi kedua pipinya.

            Ketika band Couplelogy selesai manggung, Edo segera menghampiri sosok Jenny. Edo cukup tersentak melihat lelehan air mata Jenny yang turut melunturkan maskaranya. Edo pun menanyakan apa gerangan yang terjadi. Jenny diam tak bergeming. Tapi Edo terus meyakinkan Jenny bahwa ia bisa mempercayainya dan menceritakan semua masalahnya. Jenny yang benar-benar rapuh malam itu akhirnya menceritakan semuanya kepada Edo. Tentang Aris, tentang status Aris yang telah memiliki kekasih, tentang janji mereka di malam itu, tentang karya desain Jenny yang terinspirasi atas Aris dan semuanya.

            Edo terdiam sesaat kemudian menarik sosok Jenny menuju ruang pameran di kafe itu dan mencari hasil karya Jenny. Edo kemudian mengamati karya Jenny tersebut, ia larut cukup lama kemudian semakin mengagumi gadis yang masih sesenggukan disampingnya itu.

            “Jen,..elu berbakat! Kalau dia nggak ngehargain semua ini, artinya dia nggak tahu seberapa berharganya elu! There such another people who loves your creation…Elu bisa percayain gue… Kapanpun elu butuh dan pengen cerita, gue siap ngedengerin semuanya.”, Edo kemudian memberikan nomer handphone miliknya kepada Jenny. Edo mengusap kepala Jenny kemudian menyuruhnya cuci muka di toilet agar tampangnya tidak berantakan dan mengundang komentar dari orang-orang di sekitar.

            Malam-malam berikutnya mereka isi dengan saling mengirim pesan singkat lewat handphone. Ternyata Edo dan Jenny berada di kampus yang sama namun dengan fakultas yang berbeda. Edo di fakultas Teknik Sipil, dan Jenny di fakultas Ilmu Budaya. Beberapa kali pun mereka bertemu di dalam kampus. Berbincang, bercanda, main tebak-tebakan, makan, dan online merupakan kegiatan yang sering mereka lakukan ketika bertemu di kampus. Sesekali pula Edo berkunjung di stasiun radio ketika Jenny sedang siaran.  Mungkin sudah menjadi kodrat seorang perempuan yang akan merasa nyaman apabila ada sosok yang memperhatikannya. Apalagi selama ini Aris memang cukup tak acuh akan Jenny. Jenny merasa mulai tergantung akan sosok Edo. Semalam saja tak menerima sms dari Edo rasanya ada yang mengganjal di hatinya.

            Seperti pada minggu itu, minggu dimana Edo tidak membalas sms-sms dari Jenny. Jenny jadi berasumsi bahwa Edo lelah menjadi pendengarnya dan memutuskan untuk menjaga jarak. Rupanya Edo sedang memiliki masalah yang cukup rumit dengan Maya, kekasihnya. Maya mengekang segala hal yang dilakukan Edo sehingga akhirnya hubungan mereka ternyata harus berakhir. Ketika mereka berpapasan di kampus, Jenny mengabaikan kehadiran Edo. Edo yang merasa diabaikan kemudian berusaha menjelaskan permasalahan yang ada. Akankah Jenny mempercayai Edo setelah sebelumnya ia dikecewakan oleh Aris?

                                                -----------------------------------------------------

            Edo tidak mengungkapkan alasan yang sejujurnya. Ia hanya mengucapkan bahwa minggu kemarin ia memiliki kesibukan yang padat pada kuliahnya. Jenny selalu menganggap bahwa otak lelaki memang diciptakan untuk menggunakan logikanya. Jadi meskipun minta ditemani bercerita dan Edo memiliki tugas praktikum yang berat, tentu saja Edo akan memilih untuk mengerjakan tugasnya lebih dahulu daripada menemaninya mengomentari satpam kampus. Jenny mengalahkan egonya dan menerima permintaan maaf Edo. Hubungan mereka kembali akrab dan semakin dekat. Lebih dekat dari yang ia duga, ia jadi semakin tergantung dan terus-menerus menginginkan kehadiran Edo. Tapi Jenny terlalu takut, takut kalau kedekatan mereka berdua ini tidak berarti apa-apa bagi Edo. Takut jika ia harus mengalami ketidak jelasan hubungan. Hingga akhirnya Jenny sadar, Edo telah mencuri posisi Aris dihatinya. Meski pun belum banyak, meski mungkin hanya 30 persen saja. Tapi setidaknya ia sadar ada benih-benih cinta yang mulai tumbuh untuk Edo.

            Hingga akhirnya Jenny memutuskan untuk mengurangi intensitas ketergantungannya akan sosok Edo. Edo sendiri merasa senang berada di sisi Jenny, namun belum mampu mengetahui apakah ia mencintai Jenny ataukah hanya merasa iba akan apa yang menimpa Jenny dahulu. Jenny mencoba menutup semua kemungkinan yang mampu mempertemukannya dengan Edo. Menghindarinya ketika berada di kampus, tidak lagi mengiriminya sms, sungguh berat apa yang Jenny rasakan. Edo pun mulai merasa kehilangan dan terabaikan. Tapi entah mengapa juga Edo merasa enggan menanyakan apa yang terjadi pada Jenny. Edo takut memulai pembicaraan dengan Jenny. Hubungan mereka menjadi kian renggang dan kaku. Dalam kekakuan itu Jenny sadar kalau kini Edo benar-benar berhasil merebut posisi Aris. Tidak lagi 30 persen, tapi 100 persen hanya ada Edo.

            Beberapa kali Edo berupaya untuk menyapa Jenny, ia jauh-jauh datang dari fakultas Teknik hanya untuk menyapa Jenny tapi Jenny terus menghindarinya. Sebenarnya Jenny juga tersiksa, tapi Jenny lebih takut jika nantinya menemui kenyataan bahwa cinta yang kini dirasakannya kepada Edo hanya akan bertepuk sebelah tangan. Hari itu tanpa diduga-duga Aris datang untuk menemui Jenny dikampus. Aris ingin mengutarakan beberapa hal kepada Jenny. Dengan sikap bersahabat Jenny pun menyambut kedatangan Aris. Aris berkata bahwa ia tak mampu memberikan harapan atau apa-apa kepada Jenny sebab ia akan segera bertunangan dengan kekasihnya. Jenny mengangguk mengerti dan berkata ia pun tengah mencintai lelaki lain. Keduanya memutuskan untuk menjadi sahabat saja. Mereka pun larut dalam tawa dan perbincangan yang begitu akrab, seperti orang yang berpacaran. Tapi bedanya mereka hanya sekedar berteman.
           
            Kehadiran Aris bersama Jenny didapati oleh Edo. Edo tahu sosok Aris ketika melihat fotonya di laptop milik Jenny. Entah mengapa ada perasaan kecut di hati Edo, tapi Edo masih belum tahu apakah ia benar-benar mencintai Jenny ataukah hanya sekedar merasa kehilangan sosok sahabat. Edo pun memutuskan untuk menjauh dari Jenny. Padahal dalam hati Jenny sangat berharap ia dan Edo bisa seperti dulu lagi. Jenny selalu berharap Edo akan menanyakan apa gerangan yang dirasakan Jenny. Jenny tentunya sangat berharap Edo pun merasakan apa yang ia rasakan saat ini, merasakan perasaan cinta yang kini sudah begitu kuat dan dalam. Akankah Edo dan Jenny akan benar-benar berpisah? Ataukah mereka akan dipersatukan oleh takdir?
                                                --------------------------------------------

            Setelah hampir satu bulan tidak bertegur sapa, akhirnya Jenny memutuskan untuk menemui Edo dan menjalin kembali serta memperjuangkan perasaannya. Tetapi betapa kagetnya Jenny ketika melihat apa yang terjadi, Edo berbincang mesra dengan seorang gadis cantik. Awalnya Jenny berusaha bersikap santai, tapi tidak mampu rasanya menahan sayatan yang baru saja melukai hatinya yang belum sembuh betul. Ia coba menanyakan hal tersebut kepada salah satu teman SMA-nya yang juga berada di fakultas Teknik.

            “Ooh.., itu Tita. Hmm…katanya sih Tita ama Edo tuh sekarang udah jadian. Kayaknya jadiannya juga belom lama-lama banget!”, mendengar ucapan itu tentu saja membuat seluruh harapan Jenny runtuh. Jatuh dua kali, rasanya belum hilang sakit yang ditinggalkan Aris, kini ia harus kembali tersakiti dengan Edo. Seketika Jenny mengutuk dirinya sendiri, seandainya ia tidak begitu cepat menyerahkan hatinya kepada Edo, tentu rasanya tidak akan semenyakitkan seperti ini. Jenny diam dalam balutan air matanya. Beberapa kali tanpa sengaja ia berpapasan dengan sosok Edo yang tengah bersama dengan Tita tanpa diketahui Edo. Jenny hanya bergumam, “Tuhan… Bukankah Cinta itu indah? Mengapa begitu pahit yang ku rasa?” Akhirnya Jenny benar-benar memutuskan untuk melupakan Edo dari hidupnya, meski hampir setiap minggu ia harus berpapasan dengan sosok Edo yang bermain softball di lapangan utama kampus. Jenny hanya bisa berfikir bijak bahwa mungkin Edo bukanlah sosok yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hidupnya.

            Kisah ini mungkin klise, tapi kisah ini berusaha mengungkapkan kejujuran bahwa cinta itu memiliki dua mata yang saling berlawanan. Sisi kebahagiaan serta sisi kepedihan jika cinta itu berakhir atau gugur sebelum waktunya. Kisah ini juga menyatakan bahwa jatuh cinta itu tak lantas akan berujung pada kebahagiaan. Untuk teman-teman yang mungkin pernah ataupun sedang terpuruk karena cinta, saya tidak bisa mengungkapkan apa-apa selain memberi semangat. Saya tidak ingin menggurui atau apapun istilahnya, sebab tidak ada satupun yang mampu mengetahui sakit dan pedih yang dirasakan kecuali orang itu sendiri. Yang harus kita sadari hanya satu kalimat klise: Cinta tak harus saling memiliki. Kalimat klise yang cukup ampuh menguatkan kita ketika merasa patah hati :)
                                                            --------------the end--------------

Sabtu, 16 Maret 2013

Senyawa

Aku dan kau
Seperti molekul hidrogen dan oksigen
Yang melebur menjadi satu dalam senyawa
Senyawa yang dikenal sebagai air

Air, dengan warnanya yang jernih dan riaknya yang tenang
Dengan amplitudo dan magnitudo gelombang yang konstan
Seiring dan sejalan kita terikat bagai senyawa polar
Dengan kedua kutubnya yang saling tarik-menarik melengkapi satu sama lain

Ada getar di hatiku
Tatkala mata kita bertemu pada satu titik perspektif yang sama
Ada dentuman di jantungku
Ketika setiap molekul dari sentuhanmu mengusap molekul di jiwaku

Kau dan aku serasa satu, kita senyawa
Yang saling menguatkan satu dan lainnya
Saling tercipta untuk satu dan lainnya
Bertemu untuk mengaliri setiap rongga jiwa yang terluka

Tapi nampaknya semua itu fatamorgana
Semua itu hanya berlaku dalam imajinasiku saja
Getar dan dentuman itu tidak pernah kau rasa
Senyum dan tatapan itu tak lebih dari angan-anganku saja

Dentuman berubah menjadi kehancuran tektonik
Getaran menjadi gelombang pasang  yang beriak besar
Amplitudo dan magnitudo tak lagi memiliki besaran yang konstan
Kutub-kutub berganti menjadi elektron-elektron negatif

Tolak-menolak, tak lagi tarik-menarik
Hidrogen dan oksigen berevaporasi menjadi uap di udara
Habis dan tak bersisa walau hanya partikel atomnya
Semuanya menguap dalam ruang hampa dan tak bersisa