“This
is not a Love Story,…This is a Story about Love” [500 days of Summer]
Kamu pernah jatuh cinta? Pernah
patah hati?? Kisah ini mungkin mewakili kompleksitas dari kedua rasa tersebut,…
Kisah ini bermula dari pertemuan dua
anak manusia, Jenny dan Edo. Pertemuan mereka diawali ketika Jenny sedang
menyiar pada salah satu stasiun radio anak muda. Edo adalah salah seorang
pemenang kuis radio pada beberapa hari sebelumnya. Edo datang ke radio tersebut
untuk mengambil hadiah yang dijanjikan, voucher makan di salah satu restoran
mewah dan terkenal. Kedatangan Edo disambut oleh receptionist radio tersebut,
Edo kemudian diminta naik menuju lantai dua, tepatnya di ruang administrasi.
Namun ketika tengah berada di lantai dua, Edo tidak lantas masuk ke ruang
administrasi. Matanya terpaku pada sesosok gadis yang tengah asyik bercuap-cuap
di depan mikrofon. Gadis tersebut menyadari bahwa ada sosok yang
memerhatikannya dari balik kaca studio tersebut. Mata mereka kemudian saling
menatap, pelan, dan semakin dalam. Sang gadis ingin mengakhiri perang tatap
mata itu, tapi hatinya bersikukuh untuk tidak menyerah dan terus melawan
tatapan mata pria yang terus terpaku di depan kaca studio.
Gadis itu adalah Jenny, gadis
periang yang menyenangi dunia broadcasting dan desain grafis. Peperangan tatap
mata itu berakhir ketika pintu ruang administrasi terbuka. Edo dipanggil masuk
oleh salah seorang pegawai administrasi yang akan memberikan hadiah bagi Edo.
Gadis tadi lalu memutar satu lagu cinta dan melepas earphone yang dipakainya.
Aneh…! Sudah banyak sosok-sosok yang datang dan berlalu lalang di stasiun radio
ini, tapi tidak pernah ada satu sosok pun yang membuat jantungnya berdegup
kencang seperti hari ini. Tapi Jenny buru-buru menepis rasa itu, ia tiba-tiba
mengingat sosok Aris. Jenny mencintai Aris meskipun ia tahu bahwa hubungannya
dengan Aris tidak memiliki status sebab Aris sendiri telah memiliki kekasih.
Jenny keluar dari studio lalu menuju
ke dispenser yang terletak di depan ruang administrasi. Tenggorokan Jenny
terasa tercekat, segelas air rupanya belum mampu melepas dahaganya. Pintu ruang
administrasi tiba-tiba terbuka, sosok lelaki itu pun kini berdiri di depannya.
Rambut shaggy sang lelaki dibiarkan berantakan, matanya tidak terlalu besar,
hidungnya mancung, bibir bagian atasnya lebih tipis dibandingkan bibir bagian
bawahnya. Mata mereka kembali beradu dan sekali lagi tenggorokan Jenny terasa
tercekat. Kepalanya serasa mengepulkan asap yang dikeluarkan dari telinganya.
Lelaki itu kini tersenyum, ramah sekali kemudian menyodorkan tangannya kepada
Jenny.
“Gue…Edo,.. Edo Prasetyo…”
“Jenny,…Nama asli sih Malika
Wiyeni..”, ucap Jenny sembari menyambut tangan Edo. Sekali lagi Jenny teringat
akan Aris dan segera menepikan tangannya dari genggaman tangan Edo. Jenny
buru-buru pamit dan kembali ke ruang siaran. Ia mulai berkonsentrasi dan
memasang earphone-nya, siaran dimulai lagi dan Edo pun beranjak meninggalkan
stasiun radio itu. Ada binar diantara mata Edo, sosok gadis yang dilihatnya
tadi benar-benar memikat hatinya. Tak tahu mengapa, padahal gadis itu biasa
saja. Jika dibandingkan dengan kekasihnya, Maya , gadis itu memang masih kalah.
Ya..., Edo memang masih berstatus sebagai kekasih Maya.
Hari ini Jenny ada janji dengan Aris
di salah satu kafe. Di kafe itu sedang dilaksanakan pameran seni kecil-kecilan.
Jenny tentu saja ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ia menyumbangkan
dua buah gambar desain grafis yang terinspirasi akan sosok Aris. Semua dilakukannya
untuk Aris dengan harapan bahwa Aris dapat melihat sisi lain dari Jenny dan
mungkin saja mau memberi kejelasan akan arah hubungan mereka. Tapi ternyata
Aris tak kunjung tiba, Jenny kian putus asa. Ia segera duduk di salah satu meja
di dekat stage band. Sudah ada beberapa band yang menyumbangkan lagu pada event
tersebut, tibalah penampilan band yang terakhir. Betapa kagetnya Jenny
memandang sosok yang berdiri di atas panggung sambil memegang gitar. Siapakah
sosok itu? Apakah sosok itu adalah Aris yang berbalik ingin memberikannya
surprise?
-------------------------------------------------
Sosok itu nampak begitu mempesona
dalam balutan kemeja hitam-putih. Sosok itu kemudian menatap Jenny lekat-lekat,
menguraikan seulas senyum manis kemudian melambaikan tangannya. Vokalis dari
grup band tersebut baru akan berbicara namun langsung dipotong oleh sang lelaki
bergitar. Lelaki itu kemudian membisikkan sesuatu di telinga sang vokalis. Sang
vokalis kemudian mengangguk dan kembali meraih microphone untuk berbicara.
“Oke..selamat malam semuanya..! Kami
dari Couplelogy Band akan membawakan sebuah lagu. Oh..iya lagu ini special dari
gitaris band gue buat cewek yang duduk di depan sana. Buat Jenny, lagu ini dari
Edo.”, seisi kafe kemudian bersorak menggoda Jenny. Edo kemudian memainkan
melodi-melodi indah dari balik gitar Fender Telecaster miliknya. Suara merdu
sang vokalis semakin melelehkan suasana. Tapi tidak demikian dengan hati Jenny,
hatinya hancur mengingat Aris. Tanpa sadar mengalirlah air matanya yang membasahi
kedua pipinya.
Ketika band Couplelogy selesai
manggung, Edo segera menghampiri sosok Jenny. Edo cukup tersentak melihat
lelehan air mata Jenny yang turut melunturkan maskaranya. Edo pun menanyakan
apa gerangan yang terjadi. Jenny diam tak bergeming. Tapi Edo terus meyakinkan
Jenny bahwa ia bisa mempercayainya dan menceritakan semua masalahnya. Jenny
yang benar-benar rapuh malam itu akhirnya menceritakan semuanya kepada Edo.
Tentang Aris, tentang status Aris yang telah memiliki kekasih, tentang janji
mereka di malam itu, tentang karya desain Jenny yang terinspirasi atas Aris dan
semuanya.
Edo terdiam sesaat kemudian menarik
sosok Jenny menuju ruang pameran di kafe itu dan mencari hasil karya Jenny. Edo
kemudian mengamati karya Jenny tersebut, ia larut cukup lama kemudian semakin
mengagumi gadis yang masih sesenggukan disampingnya itu.
“Jen,..elu berbakat! Kalau dia nggak
ngehargain semua ini, artinya dia nggak tahu seberapa berharganya elu! There
such another people who loves your creation…Elu bisa percayain gue… Kapanpun
elu butuh dan pengen cerita, gue siap ngedengerin semuanya.”, Edo kemudian
memberikan nomer handphone miliknya kepada Jenny. Edo mengusap kepala Jenny
kemudian menyuruhnya cuci muka di toilet agar tampangnya tidak berantakan dan
mengundang komentar dari orang-orang di sekitar.
Malam-malam berikutnya mereka isi
dengan saling mengirim pesan singkat lewat handphone. Ternyata Edo dan Jenny
berada di kampus yang sama namun dengan fakultas yang berbeda. Edo di fakultas
Teknik Sipil, dan Jenny di fakultas Ilmu Budaya. Beberapa kali pun mereka
bertemu di dalam kampus. Berbincang, bercanda, main tebak-tebakan, makan, dan
online merupakan kegiatan yang sering mereka lakukan ketika bertemu di kampus.
Sesekali pula Edo berkunjung di stasiun radio ketika Jenny sedang siaran. Mungkin sudah menjadi kodrat seorang perempuan
yang akan merasa nyaman apabila ada sosok yang memperhatikannya. Apalagi selama
ini Aris memang cukup tak acuh akan Jenny. Jenny merasa mulai tergantung akan
sosok Edo. Semalam saja tak menerima sms dari Edo rasanya ada yang mengganjal
di hatinya.
Seperti pada minggu itu, minggu
dimana Edo tidak membalas sms-sms dari Jenny. Jenny jadi berasumsi bahwa Edo
lelah menjadi pendengarnya dan memutuskan untuk menjaga jarak. Rupanya Edo
sedang memiliki masalah yang cukup rumit dengan Maya, kekasihnya. Maya
mengekang segala hal yang dilakukan Edo sehingga akhirnya hubungan mereka
ternyata harus berakhir. Ketika mereka berpapasan di kampus, Jenny mengabaikan
kehadiran Edo. Edo yang merasa diabaikan kemudian berusaha menjelaskan
permasalahan yang ada. Akankah Jenny mempercayai Edo setelah sebelumnya ia
dikecewakan oleh Aris?
-----------------------------------------------------
Edo tidak mengungkapkan alasan yang
sejujurnya. Ia hanya mengucapkan bahwa minggu kemarin ia memiliki kesibukan
yang padat pada kuliahnya. Jenny selalu menganggap bahwa otak lelaki memang
diciptakan untuk menggunakan logikanya. Jadi meskipun minta ditemani bercerita
dan Edo memiliki tugas praktikum yang berat, tentu saja Edo akan memilih untuk
mengerjakan tugasnya lebih dahulu daripada menemaninya mengomentari satpam
kampus. Jenny mengalahkan egonya dan menerima permintaan maaf Edo. Hubungan
mereka kembali akrab dan semakin dekat. Lebih dekat dari yang ia duga, ia jadi
semakin tergantung dan terus-menerus menginginkan kehadiran Edo. Tapi Jenny
terlalu takut, takut kalau kedekatan mereka berdua ini tidak berarti apa-apa
bagi Edo. Takut jika ia harus mengalami ketidak jelasan hubungan. Hingga
akhirnya Jenny sadar, Edo telah mencuri posisi Aris dihatinya. Meski pun belum
banyak, meski mungkin hanya 30 persen saja. Tapi setidaknya ia sadar ada
benih-benih cinta yang mulai tumbuh untuk Edo.
Hingga akhirnya Jenny memutuskan
untuk mengurangi intensitas ketergantungannya akan sosok Edo. Edo sendiri
merasa senang berada di sisi Jenny, namun belum mampu mengetahui apakah ia
mencintai Jenny ataukah hanya merasa iba akan apa yang menimpa Jenny dahulu.
Jenny mencoba menutup semua kemungkinan yang mampu mempertemukannya dengan Edo.
Menghindarinya ketika berada di kampus, tidak lagi mengiriminya sms, sungguh
berat apa yang Jenny rasakan. Edo pun mulai merasa kehilangan dan terabaikan.
Tapi entah mengapa juga Edo merasa enggan menanyakan apa yang terjadi pada
Jenny. Edo takut memulai pembicaraan dengan Jenny. Hubungan mereka menjadi kian
renggang dan kaku. Dalam kekakuan itu Jenny sadar kalau kini Edo benar-benar
berhasil merebut posisi Aris. Tidak lagi 30 persen, tapi 100 persen hanya ada
Edo.
Beberapa kali Edo berupaya untuk
menyapa Jenny, ia jauh-jauh datang dari fakultas Teknik hanya untuk menyapa
Jenny tapi Jenny terus menghindarinya. Sebenarnya Jenny juga tersiksa, tapi
Jenny lebih takut jika nantinya menemui kenyataan bahwa cinta yang kini dirasakannya
kepada Edo hanya akan bertepuk sebelah tangan. Hari itu tanpa diduga-duga Aris
datang untuk menemui Jenny dikampus. Aris ingin mengutarakan beberapa hal
kepada Jenny. Dengan sikap bersahabat Jenny pun menyambut kedatangan Aris. Aris
berkata bahwa ia tak mampu memberikan harapan atau apa-apa kepada Jenny sebab
ia akan segera bertunangan dengan kekasihnya. Jenny mengangguk mengerti dan
berkata ia pun tengah mencintai lelaki lain. Keduanya memutuskan untuk menjadi
sahabat saja. Mereka pun larut dalam tawa dan perbincangan yang begitu akrab,
seperti orang yang berpacaran. Tapi bedanya mereka hanya sekedar berteman.
Kehadiran Aris bersama Jenny
didapati oleh Edo. Edo tahu sosok Aris ketika melihat fotonya di laptop milik
Jenny. Entah mengapa ada perasaan kecut di hati Edo, tapi Edo masih belum tahu
apakah ia benar-benar mencintai Jenny ataukah hanya sekedar merasa kehilangan
sosok sahabat. Edo pun memutuskan untuk menjauh dari Jenny. Padahal dalam hati
Jenny sangat berharap ia dan Edo bisa seperti dulu lagi. Jenny selalu berharap
Edo akan menanyakan apa gerangan yang dirasakan Jenny. Jenny tentunya sangat
berharap Edo pun merasakan apa yang ia rasakan saat ini, merasakan perasaan
cinta yang kini sudah begitu kuat dan dalam. Akankah Edo dan Jenny akan benar-benar
berpisah? Ataukah mereka akan dipersatukan oleh takdir?
--------------------------------------------
Setelah hampir satu bulan tidak
bertegur sapa, akhirnya Jenny memutuskan untuk menemui Edo dan menjalin kembali
serta memperjuangkan perasaannya. Tetapi betapa kagetnya Jenny ketika melihat
apa yang terjadi, Edo berbincang mesra dengan seorang gadis cantik. Awalnya
Jenny berusaha bersikap santai, tapi tidak mampu rasanya menahan sayatan yang
baru saja melukai hatinya yang belum sembuh betul. Ia coba menanyakan hal
tersebut kepada salah satu teman SMA-nya yang juga berada di fakultas Teknik.
“Ooh.., itu Tita. Hmm…katanya sih
Tita ama Edo tuh sekarang udah jadian. Kayaknya jadiannya juga belom lama-lama
banget!”, mendengar ucapan itu tentu saja membuat seluruh harapan Jenny runtuh.
Jatuh dua kali, rasanya belum hilang sakit yang ditinggalkan Aris, kini ia
harus kembali tersakiti dengan Edo. Seketika Jenny mengutuk dirinya sendiri,
seandainya ia tidak begitu cepat menyerahkan hatinya kepada Edo, tentu rasanya
tidak akan semenyakitkan seperti ini. Jenny diam dalam balutan air matanya.
Beberapa kali tanpa sengaja ia berpapasan dengan sosok Edo yang tengah bersama
dengan Tita tanpa diketahui Edo. Jenny hanya bergumam, “Tuhan… Bukankah Cinta
itu indah? Mengapa begitu pahit yang ku rasa?” Akhirnya Jenny benar-benar
memutuskan untuk melupakan Edo dari hidupnya, meski hampir setiap minggu ia
harus berpapasan dengan sosok Edo yang bermain softball di lapangan utama
kampus. Jenny hanya bisa berfikir bijak bahwa mungkin Edo bukanlah sosok yang
dikirimkan Tuhan untuk menemani hidupnya.
Kisah ini mungkin klise, tapi kisah
ini berusaha mengungkapkan kejujuran bahwa cinta itu memiliki dua mata yang saling
berlawanan. Sisi kebahagiaan serta sisi kepedihan jika cinta itu berakhir atau
gugur sebelum waktunya. Kisah ini juga menyatakan bahwa jatuh cinta itu tak
lantas akan berujung pada kebahagiaan. Untuk teman-teman yang mungkin pernah
ataupun sedang terpuruk karena cinta, saya tidak bisa mengungkapkan apa-apa
selain memberi semangat. Saya tidak ingin menggurui atau apapun istilahnya,
sebab tidak ada satupun yang mampu mengetahui sakit dan pedih yang dirasakan
kecuali orang itu sendiri. Yang harus kita sadari hanya satu kalimat klise:
Cinta tak harus saling memiliki. Kalimat klise yang cukup ampuh menguatkan kita
ketika merasa patah hati :)
--------------the
end--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar